Minggu, 14 April 2019

Dibalik Pemberitaan Kasus Audrey

Beberapa waktu lalu ramai sekali pemberitaan mengenai Kasus Audrey, siswi SMP di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar) yang di bully oleh sejumlah siswi SMA. Kasus pembullyan ini ramai diperbicangkan karena terdapat pernyataan yang membuat para warganet tercengang, yaitu tentang perusakan alat vital Audrey oleh salah satu pelaku pembullyan.
Sejumlah Selebgram, Youtuber, artis, tokoh perempuan memberikan perhatian kepada Audrey dengan berkunjung ke Kota Khatulistiwa demi memberikan simpati dan semangat kepada Audrey.  Dibalik kasus ini timbul beberapa pendapat yang menyatakan bahwa apa yang diberitakan selama ini merupakan hoax atau berita yang tidak sebenarnya. Salah satu pendapat ini muncul dari seorang mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Surakarta. Wiyati berpendapat bahwa Pemberitaan mengenai Audrey yang muncul di media sosial merupakan pemberitaan yang hoax. Dimana tidak terlebih dahulu dilakukan close up terhadap berita yang sebenarnya, terhadap kronologi kejadian yang sebenarnya.

Ternak Lele Pengisi Waktu Luang



Khoirul Ahmat Nur Sandika, 19 Tahun yang biasa dipanggil Sandi. Salah satu mahasiswa aktif semester 6 di Universitas Muhammadiyah Surakarta ini berprinsip bahwa “Dalam hidup itu yang terpenting adalah pengalaman.” Ujarnya pada saat ditemui di kontrakannya di daerah Windan, Makam Haji pada 13 April 2019. Di sela kesibukan kuliahnya, ia memulai usaha kecil-kecilan. Usaha tersebut adalah beternak ikan lele. Mahasiswa asal Pati ini memilih ikan lele karena berangkat dari pengalaman keluarga yang pernah memelihara lele, dan kegiatan usaha ini dapat dijadikan sampingan oleh seorang mahasiswa karena dapat dilakukan disela-sela kegiatan kuliah yang tidak cukup padat. Selain itu alasan yang mendasarinya memilih ikan lele adalah pemeliharaan lele sendiri tidak ribet, cukup memberi pakan di pagi dan sore hari, dan  pertumbuhan ikan lele tidak membutuhkan waktu yang lama , yaitu sekitar 2-3 bulan ikan lele sudah siap  panen.Modal yang dikeluarkan sandi adalah kurang lebih Rp 2000.000 rupiah. Dimana untuk keperluan pembuatan kolam, membeli bibit, membeli pakan, dan juga transport. Tidak semua modal Sandi sendiri yang menanggung, tapi ia dibantu oleh teman satu kontrakannya. Mulai dari persiapan hingga perawatan, semua dilakukan bersama dengan temannya satu kontrakan.
“Sebelum memulai usaha ini, hal yang perlu disiapkan adalah yang pertama itu niat, kemudian menyiapkan kolam.” Ujar Sandi sembari menaburkan pakan lele ke kolam.  Di sini Sandi menerapkan metode terpal persegi panjang. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah terpal dan bambu. Waktu pembuatan kolam memerlukan waktu 3 hari. Setelah kolam sudah jadi, selanjutnya adalah pengisian air. Sebelum ditebar bibit lele, air yang terdapat dalam kolam di diamkan dulu selama 2 hari guna menstabilkan PH. Keadaan PH air yang sudah stabil berarti kolam sudah siap ditebar bibit ikan lele.
Kali ini Sandi menebar bibit sebanyak 2000 bibit ikan lele. Ia mendapatkan bibit ini dari seorang peternak ikan lele di daerah Boyolali. Di tempat Bapak Hadi ini lah Sandi memeroleh bibit, dan mendapat sedit ilmu untuk bekal ia ketika merawat ikan lele. Bibit ikan lele yang baru ditebar, tidak perlu diberi pakan selama 2 hari, baru setelah itu secara rutin diberi pakan 2 kali sehari. Setelah satu bulan pertumbuhan ikan lele, selanjutnya adalah melakukan penyortiran. Hal ini dilakukan sebab ikan lele pertumbuhannya tidak seragam, ada yang  berukuran kecil dan ada yang berukuran besar. Perbedaan pertumbuhan ini menyebabkan ikan lele bersifat kanibal. Jadi harus disortir atau dipisahkan ke dalam kolam yang lain.
Bermodalkan pengalaman dari keluarga, sedikit ilmu tentang memelihara lele sudah sandi dapatkan. Selain dari keluarga, Sandi juga bertanya-tanya kepada salah satu peternak Lele di daerah Boyolali yang bernama Pak Hadi. Motivasi Sandi untuk memilih usaha sampingan  ini adalah ia ingin memiliki penghasilan sendiri, meskipun sekadar sebatas untuk membiayai keperluan pribadi selama kuliah. Ia tidak ingin terus menerus bergantung kepada orang tua. “Semakin banyaknya kebutuhan seorang mahasiswa, apalagi mahasiswa semester 6 yang akan melaksanakan praktik magang, KKN dan skripsi di semester 8, tentu membutuhkan biaya yang cukup menguras dompet.” Ujar Sandi dengan memberikan senyuman. Meskipun ia berlatarkan dari keluarga yang mampu, tetapi ia berfikiran untuk tidak melulu bergantung pada jatah bulanan dari orang tuanya. Keinginan sandi untuk meringankan beban orang tua, merupakan salah satu alasan ia memelihara ikan lele. Hal-hal yang sudah direncakana Sandi terhadap ikan lele yang ia pelihara adalah, jika nanti tiba waktu panen. Apabila hasilnya cukup memuaskan, selain ikan lele yang akan dijual ke pengepul di pasar, ia berkeinginan untuk membuka kedai pecel lele. Namun hal itu hanya menjadi angan-angannya saja. “Ya lihat bagaimana nanti sajalah mbak.” Kata sandi sambil menghisap rokok yang ia pegang.
Sebelum memutuskan untu memelihara ikan lele, Sandi sempat membuka usaha jasa sablon kaos bersama temannya. Usaha yang berlangsung 7 bulan ini berhenti karena suatu hal. jatuh bangun dalam berwirausaha bagi Sandi adalah suatu hal yang biasa, prinsip dia dalam berwirausaha adalah “lebih baik kehilangan uang, daripada kehilangan teman.” Ujar Sandi. Menurut sandi, tujuan utama dalam berwirausaha bukanlah mengenai untug yang didapat. Melainkan pengalaman dalam berwirausaha itulah yang paling penting.