Selasa, 29 Oktober 2019

Ulasan Novel "Ronggeng Dukuh Paruk" Karya Ahmad Tohari



A.  Identitas Novel
Judul
:
Ronggeng Dukuh Paruk
Penulis
:
Ahmad Tohari
Penerbit
:
Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit
:
1982
Cetakan
:
Ke-9
Kota Terbit
:
Jakarta
Tebal Buku
:
408 halaman

B. Biografi Pengarang
Ahmad Tohari adalah sastrawan  yang terkenal dengan novel triloginya Ronggeng Dukuh Paruk yang ditulis pada tahun 1981. Lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Bnayumas, Jawa Tengah pada 13 Juni 1948. Ahmad Tohari menamatkan SMA di Purwokerto. Setelah itu beliau menimba ilmu di Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman (1975-1976).
Ahmad Tohari sudah banyak menulis novel, cerpen, dan secara rutin pernah mengisi kolom Resonansi di harian Republika. Karya-karya Ahmad Tohari juga telah diterbitkan dalam berbagai bahasa seperti bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan Jerman. Novel Ronggeng Dukuh Paruk bahkan pernah beliau terbitkan  dalam versi bahasa Banyumasan yang kemudian mendapat perhargaan  Rancage dari Yayasan Rancage, Bandung pada tahun 2007. Cerpennya berjudul “ Jasa-jasa buat Sanwirya” pernah mendapat hadiah hiburan Sayembara Kincir Emas 1975 yang diselenggarakan Radio Nederlands Wereldomroep. Sedangkan novelnya Kubah yang diterbit pada tahun 1980 berhasil memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama pada tahun 1980.
Beberapa waktu lalu novel triloginya, Ronggeng Dukuh Paruk diadaptasikan ke layar lebar dengan judul Sang Penari. Menurutnya di film ini sang sutradara  di beberapa bagian lebih berani menggambarkan apa yang ia sendiri tidak berani menggambarkannya. Ia pun ikut larut dalam emosi film ini meski endingnya tidak setragis versi novel. Beberapa karya Ahmad Tohari sebagai berikut : Kubah (novel, 1980), Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982), Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985), Jantera Bianglala(novel, 1986), Di Kaki Bukit Cibalak(novel, 1986), Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1989), Berkisar Merah(novel, 1993), Lingkar Tanah Lingkar Air(novel, 1995), Nyanyian Malam(kumpulan cerpen, 2000), Belantik(novel, 2002), Orang Orang Proyek(novel, 2002), Rusmi Ingin Pulang(kumpulan cerpen, 2004), dan Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan(novel bahasa jawa, 2006).


 C. Sinopsi Novel 
Dukuh Paruk masih kental sekali dengan kesenian Ronggengnya. Sampai ada kejadian hampir seluruh warga Dukuh Paruk keracunan tempe bongkrek, termasuk sang ronggeng dan akhirnya meninggal. Akhirnya dukuh tersebut pun terasa mati, dengan hilangnya kesenian ronggeng. Hingga pada akhirnya setelah beberapa tahun  gadis cilik bernama Srintil yang menghidupkan kembali kesenian ronggeng. Srintil memiliki inang yang ada pada dalam dirinya. Hal tersebut diketahui oleh Sakarya kakek Srintil. Pada saat Srintil sedang bermain bersama dengan kawannya, Rasus, Darsun, dan Warta, kakek Srintil mengamati Srintil. Srintil melakukan permain menari, dan tiga kawannya bermain selaku pemain gendang yang mengiringi Srintil menari. Tanpa pikir panjang Sakarya pun mengadukan hal tersebut kepada Kartereja sang dukun ronggeng. Awalnya Kartareja tidak percaya akan kemampuan Srintil. Tapi dalam waktu singkat Srintil membuktikan pada Kartareja dan semua warga Dukuh Paruk, bahwa dia memang mempunyai inang dan bisa menjadi ronggeng.
Untuk menjadi seorang ronggeng, Srintil harus memenuhi beberapa rangkaian upacara. Dan puncaknya di tandai dengan tradisi “bukak klambu”. Di mana seorang ronggeng harus menyerahkan keperawanannya kepada lelaki yang mampu memenuhi persyaratan dari sang dukun ronggeng. Orang-orang dukuh pun mulai ramai, banyak para istri yang menginginkan suaminya yang akan memenangkan Srintil pada malam “bukak klambu” tersebut. Karena masyarakat setempat percaya bahwa siapapun yang bisa memerawani ronggeng pada malam “bukak klambu” hidupnya akan lebih kaya dan bahagia.
Rasus yang sedari kecil sudah menyukai Srintil merasa tidak terima dengan prosesi tersebut. Rasus pun diam-diam mendatangi Srinti dan meminta Srintil untuk membatalkannya, tapi niat Srintil sudah bulat untuk menjadi Ronggeng, karena sudah sedari kecil Srintil suka menari dan memendam rasa ingin menjadi Ronggeng. Karena tidak bisa menahan marah, Rasus memutuskan untuk pergi dari Dukuh Paruk, meninggalkan nenek dan seluruh warga Dukuh Paruk. Srintil menjalani tahap terakhir yaitu “bukak klambu” menyerahkan keperawanannya kepada orang yang telah memenangkan sayembara itu yaitu Sulam dan Dower pemuda di Dukuh Paruk. Terjadi pertengkaran hebat antara Sulam dan Dower, mereka memperebutkan Srintil. Saat para pemenang sayembara sedang betengkar hebat  Rasus mendatangi kamar Srintil lewat jendela. Dan tanpa ada yang mengetahui, Rasus telah terlebih dahulu merenggut keperawanan Srintil.
Esoknya Rasus pun benar-benar pergi dari Dukuh Paruk. Rasus kini bekerja sebagai tobang di pasar Dawuan. Di pasar itulah Rasus bisa melihat Srintil yang sedang berbelanja bersama Nyai Kartareja. Tapi Rasus hanya melihatnya dari jauh saja. Sampai pada akhirnya Rasus di suruh membantu tentara yang sedang mengamankan Dawuan. Hidup Rasus pun mulai berubah, dia menjadi seorang yang gagah dan tidak lagi buta huruf.
Srintil sekarang semakin terkenal sebagai ronggeng. Banyak tawaran pementasan dimana-mana. Awalnya Srintil sangat senang menjalani sebagai ronggeng, karena setelah Srinitil menjadi ronggeng hidupnya pun berubah. Srintil mempunyai banyak perhiasan dan bisa membangun rumah Kartareja menjadi lebih bagus. Tapi pada suatu titik Srintil mulai merasa lelah dan kehilangan sosok Rasus. Srintil juga mulai perpikir dia ingin seperti wanita lainnya, menikah dan memiliki seorang anak.
Rasus yang rindu akan kampung halamannya pun akhirnya kembali ke Dukuh Paruk, untuk melihat keadaan neneknya dan kampung halamannya. Rasus kini menjadi seorang yang di banggakan oleh Dukuh paruk, terlebih saat dirinya berhasil meringkus orang-orang yang akan maling di rumah Kartareja. Tetapi saat kembali ke rumahnya, Rasus melihat keadaan neneknya yang sedang sekarat. Setelah melihat kedatangan Rasus, neneknya pun menghembuskan nafas terakhir. Usai neneknya dimakamkan, Rasus pergi dari Dukuh paruk. Tapi selama beberapa hari di Dukuh Paruk, Rasus dan Srintil pun selalu bersama, Rasus selalu menikmati keperempuanan Srintil. Ke esokan paginya, Rasus meninggalkan Srintil yang masih tertidur lelap.
Pada akhirnya Srintil pun benar-benar tidak mau meronggeng lagi. Dia benar-benar muali merasa lelah. Srintil hanya berbaring di ranjangnya karena tergolek lemas. Sampai pada saat Srintil bertemu Goder, bayi Tampi. Kesehariannya kini hanya merawat Goder, dianggapnya Goder sebagai anaknya sendiri. Srintil merawat Goder layaknya ibu kandungnya, bahkan Srintil tidak memperbolehkan Goder di bawa pulang oleh Tampi. Tampi di suruh merawat anakny yang lain dan menjaga kehamilannya saja.
Srintil tetap pada pendiriannya tidak ingin meronggeng, hingga pada suatu saat datang tawaran menari dari Kantor Kecamatan Dawuan yang akan menggelar pentas kesenian menyambut perayaan Agustusan. Namun karena mendapat ancaman dari Pak Ranu, yaitu dari Kantor Kecamatan. Srintil akhirnya bersedia untuk meronggeng lagi. Tanpa sepengetahuan Kartareja dan seluruh anggota pementasan ronggeng, perayaan Agustusan pada tahun 1964 itu sengaja dibuat berlebihan oleh orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI). Warna merah dipasang di mana-mana dan muncullah pidato-pidato yang menyebut-nyebut rakyat tertindas, kapitalis, imperalis, dan sejenisnya.
Paceklik di mana-mana sehingga menimbulkan kesulitan ekonomi secara menyeluruh. Pada waktu itu, orang-orang Dukuh Paruk tidak berpikir panjang dan tidak memahami berbagai gejala yang berkembang di luar wilayahnya. Dalam masa paceklik yang berkepanjangan, Srintil terpaksa lebih banyak berdiam di rumah, karena jarang orang mengundang berpentas untuk suatu hajatan. Namun, tidak lama kemudian Srintil sering pentas di rapat-rapat umum yang selalu dihadiri oleh tokoh Bakar. Srintil tidak memahami makna rapat-rapat itu, yang dia tahu hanyalah menari melayani nafsu kelelakian.
Sampai pada akhirnya Dukuh Paruk di tuduh sebagai partai komunis. Hampir dari seluruh warga Dukuh Paruk di tahan. Malang nasib Srintil, dialah yang paling lama mendekam dalam penjara. Sembari melayani nasfu-nasfu jahat para lelaki di sana. Selama dua tahun Srintil mendekam dalam penjara, akhirnya dia pun bebas dan kembali ke Dukuh Paruk. Srintil menutup rapat-rapat kisah yang terjadi selama dirinya berada didalam penjara. Srintil melepaskan gelarnya sebagai ronggeng, karena inang ronggeng juga sudah tidak ada pada dirinya. Saat pulang yang pertama dituju adalah rumah Tampi, Srintil ingin menemui Goder. Lama tak bertemu dengan Goder, membuat anak itu tidak mengenali Srintil. Tapi saat Tampi mengatakan bahwa Srintil juga emak Goder, anak itu pun mau ikut bersama Srintil.
Tahun 1969 adalah Dukuh Paruk yang tetap bodoh dan miskin. Sakarya pergi ke makam Ki Secamenggala. Setelah meletakan batu di samping cukup dan mengatakan pada Kartareja bahwa ajalnya akan segera datang. Maut pun menjemput Sakarya, dia meninggal dalam kelelahan. Dan di bawah batu yang telah diletakan oleh Sakarya, nantinya Sakarya akan dimakamkan. Hanya tawa riang Goder yang mampu membuat Srintil lupa akan kegetiran hidup yang baru saja dialaminya.
Hingga ia bertemu dengan Bajus, lelaki yang muali dekat dengannya. Dengan ketulusan dan kebaikan bajus Srintil menjadi terbuka dan dekat dengan Bajus. Semakin hari Srintil semakin dekat dengan Bajus dan kehidupan Srintil mulai membaik.
Tapi pada akhirnya Srintil tau bahwa Bajus menjual dirinya kepada Pak Blegur. Bajus memanfaatkan Srintil demi proyek yang akan di dapatkan dari Pak Blengur. Ternyata setelah melihat Srintil Pak Blengur tidak jadi menikmati Srintil. Malah Srintil mendapatkan banyak uang dari Pak Blengur. Bajus merasa sangat bersalah, Srintil tidak menjawab sepatah katapun dari ucapan Bajus, akhirnya Srintil pun diajaknya pulang.
Seusai kejadian itu, jiwa Srintil semakin tergoncang dan akhirnya menjadi gila. Rasus setelah sekian lama menghilang dari Dukuh Paruk akhirnya kembali. Yang pertama dituju saat kembali ke Dukuh Paruk adalah rumah Srintil. Perasaan Rasus pun terluka melihat keadaan Srintil yang memprihatinkan. Srintil terlihat kusut dengan menggunakan celana kolor dan kaos yang sudah robek-robek.
Tanpa di minta Kartareja menceritakan semua yang terjadi terhadap Srintil. Sehingga membuat Srintil menjadi seperti sekarang ini. Keesokan harinya Rasus datang kerumah Srintil dan meminta Srintil untuk dimandikan dan dipakaikan pakaian yang Rasus berikan. Karena Rasus akan membawa Srintil ke rumah sakit tentara, di sanalah Srintil akan di rawat. Di rumah sakit itu ada bagian perawatan penyakit kejiwaan.

D. Penilaian
1.   Keunggulan Novel
Kelebihan novel ini terletak pada penceritaan yang menyeluruh dari penulis mengenai lingkungan sosial budaya dengan berbagai adat dan tradisinya, serta kesederhanaan yang tampak dari para masyarakatnya. Hal Ini tentunya sangat memberi pengaruh besar terhadap saya sendiri, karena saya bisa mempunyai gambaran umum tentang zaman yang masih dibayangi dengan orang-orang komunis. Selain itu, saya juga bisa mengetahui tentang kesederhanaan masyarakat pada zaman itu yang makan hanya dengan tempe bongkrek. Jika dibandingkan dengan film sang penari, novel ini jauh lebih menarik. Karena, dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk penulis menceritakan segala sesuatu mengenai lingkungan sosial budaya yang dijelaskan dengan sangat mendetail dan jelas. Dan jika dibandingkan dengan film Sang Penari jauh lebih menarik novel ini. Karena, penceritaan dan penggambaran mengenai lingkungan sosial budaya dalam film hanya sekilas dan tidak menyeluruh. Mungkin karena film Penari juga hanya mengadopsi salah satu cerita dari trilogi Ronggeng Dukuh Paruk,  yang berjudul  Lintang Kemukus Dini Hari sehingga penggambaran lingkungan social budayanya kurang detail seperti penggambaran yang ada pada novel Ronggeng Dukuh Paruk.

2.   Kelemahan Novel
Kelemahan novel ini terletak pada penggunaan bahasa. Dalam novel ini penulis menggunakan bahasa yang tidak baik dan kotor antara lain Asu  buntung, bajul buntung, dan sebagainya. Selain itu penulis juga menyelipkan tentang hal-hal yang berbau pornografi pada novel ini, seperti halnya malam bukak klambu dengan para laki-laki yang harus dilakukan seorang ronggeng. Jika dibandingkan dengan film sang penari, bahasa masyarakat dalam film Sang Penari masih lebih sopan. Walaupun masih ada satu atau dua bahasa yang masih kotor dan tidak baik. Malam bukak klambu pun dalam film sang penari juga tidak ditayangkan fulgar seperti apa yang terdapat dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk.


E. Simpulan 
Menurut saya novel ini sudah sangat layak untuk dibaca para pelajar, khususnya para mahasiswa. Karena dengan membaca novel ini, kita akan lebih memahami budaya-budaya diluar lingkungan kita dan kita juga bisa memiliki gambaran tentang apa saja yang terjadi ketika orang-orang komunis menyerang rakyat kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar